4.1 Cara
membina pramuka
Membina
Pramuka merupakan kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan:
a.
Kepribadian
b.
Pengetahuan dan keterampilan
c. Kecendrungan/keinginan
serta kemampuan, peserta didik sehingga menjadi manusia yang: kreatif,
inovatif, pelopor dan mandiri.
Syarat penting dalam
membina adalah:
•
Mengetahui sifat kejiwaan peserta didik.
Sifat-sifat anak usia Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.
•
Mengetahui keinginan / kebutuhan peserta
didik.
•
Mengetahui latar belakang (budaya,
sosial, ekonomi) peserta didik.
•
Pembinaan harus menarik minat peserta
didik. Di sini materi pembinaan dapat dibungkus dengan lagu, tari, gerak,
permainan, perlombaan, ceritera, penugasan, bakti yang sesuai dengan perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik.
Sifat-sifat
anggota Pramuka Siaga.
•
Senang meniru
•
Senang berdendang, menari dan bernyanyi
•
Suka dipuji, mudah merajuk
•
Senang menceriterakan dan mengadukan apa
yang diketahui dan dialaminya.
•
Rata-rata masih manja
•
Suka berbekal
•
Sangat senang bermain
Cara membina Siaga
•
Dilakukan dengan penuh kasih sayang dan
lemah lembut.
•
Membina Siaga adalah phase awal dalam
pendidikan maka sifat-sifat Pembina Siaga yang
tidak bisa dicontoh oleh anak
usia Siaga harus tidak dimunculkan di permukaan. Misalnya Pembina merokok,
membentak-bentak, berkata agak jorok, dsb.
•
Materi pembinaan banyak dibungkus,
sehingga menarik (misalnya menceriterakan sifat sifat kepahlawanan yang perlu
dicontoh, dengan sosio drama).
•
Sesuatu yang khayal, baik untuk mempuk
imajinasi Siaga, tetapi jangan dilebih-lebihkan. Ceritera tentang fabel,
farabel baik untuk Siaga. Dalam abad modern ini baik apabila imajinasi tersebut
dipadukan dengan teknologi.
•
Permainan perang-perangan tidakcocok
untuk kejiwaan Siaga.
•
Siaga harus sudah diperkenalkan secara
“nyata” bagaimana setiap hari berbuat kebaikan. Baik dalam latihan, maupun
melalui pesan Pembina untuk melaksanakannya di rumah.
•
Untuk melatih kreativitas Siaga (otak
belahan kanan), maka akan sangat baik mereka ditugasi membuat lagu sederhana
(jinggle), tarian, menulis pengalaman, atau mengarang, atau membuat yel-yel
yang menyemarakkan kasih sayang.
•
Kehidupan Siaga itu ada di Perindukan.
•
Pembina lebih banyak “ing ngarso sung
tulodo”.
Sifat-sifat
Pramuka Penggalang
•
Sebagian sifat-sifat Siaga masih ada
(variatif masing-masing anak).
•
Senang bergerak, senang mengembara
•
Usil, lincah, senang mencoba-coba
•
Mulai menyukai lawan jenis
•
Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan
•
Suara sudah mulai pecah/ parau bagi penggalang
putra.
Cara Membina Penggalang
•
Dapat menggunakan sebagian cara-cara membina Siaga (sifatnya situasional)
•
Kegiatan yang
menantang, pengembaraan (hiking, climbing, camping, ) paling disukai
penggalang. Namun demikian harus dipersiapkan dengan teliti faktor keamanannya,
dan tidak boleh terlalu sering dilakukan.
•
Kegiatan yang
mengacu kedisiplinan sangat penting diberikan (misalnya berjenis-jenis PBB dan
upacara).
•
Rewards dan
punishment mutlak harus dilakukan, dan ditegakkan.
•
Kehidupan
penggalang ada di Regu, oleh karena itu kekompakan, kreativitas, dan disiplin
beregu harus dipelihara.
•
Pembina lebih
banyak “ing madyo mangun karso” (di tengah-tengah membangkitkan kehendak
& semangat belajar/ bekerja).
Sifat
penegak
•
Masa sosial (Kohnstamn)
•
Mencari identitas/ jati diri
•
Stabilitas emosionalnya belum mantap
(mudah terprofokasi, mudah berubah)
•
Gemar pada kenyataan
•
Mengenal Cinta - agresif
•
Kemauan kuat, sulit dicegah, apabila
tidak melewati kesadaran rasionalnya
Cara
membina Penegak
•
Perangkat struktur kepenegakan
ditertibkan, bila belum ada dibentuk lebih dahulu. Dewan Ambalan, dibentuk
dengan benar, tidak main tunjuk.
•
Dimulai bertanggung-jawab atas keputusan
musyawarah, dan menjalankan keputusan Dewan Ambalan.
•
Keinginan Penegak yang kuat tidak dipatahkan,
tetapi dijalurkan (on the track).
•
Memberikan kondisi lingkungan yang baik.
•
Pada tingkat Bantara, Penegak mulai
dikondisikan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang baik, semampunya.
•
Pada tingkat Laksana, Penegak
dikondisikan untuk mengembangkan
lingkungan ke arah yang lebih baik.
•
Penegak sudah mulai dikenalkan bagaimana
“learning by doing”; “Learning to earn”; “Learning to serve”.
•
Untuk mempertahankan satuan terpisah di
perkemahan sebaiknya Pembina menyerahkan tanggung-jawab kepada Pradana dan
Pemuka Sangga, namun harus tetap mengkontrol.
•
Cara memberikan kritik dengan cara atau
etika PIN, kepada Penegak diupayakan
hanya sampai PI saja, yakni sebutkan “Positif”-nya kelebihan-kelebihan atas
program atau kegiatan yang telah dilakukan – kemudian di “Interpretasikan”
secara detail program atau kegiatan tersebut secara rasional, biasanya Penegak
sudah tahu kelemahannya. Namun biala Penegak terpaksa belum tahu kelemahannya
baru dikemukakan “Negatif” nya.
•
Contoh kegiatan pendidikan bagi Penegak
dan Pandega yang paling lengkap adalah: Perkemahan Wirakarya.
•
Pembina lebih banyak “tut wuri
handayani”.
SISTEM AMONG
Sistem Among
adalah Sistem pendidikan yg dilaksanakan dg cara memberikan kebebasan
kpd peserta didik untuk dapat bergerak
dan bertindak dg leluasa, sejauh mungkin
menghindari unsur-unsur perintah keharusan, paksaan, dg maksud untuk
menumbuhkan dan mengembangkan rasa
percaya diri, kreativitas dan aktivitas sesuai dg aspirasi peserta didik.
Sistim Among mewajibkan Pembina Pramuka melaksanakan prinsip kepemimpin an sbb:
a. “Ing ngarso sung tulodo” maksudnya di depan menjadi teladan
b. “Ing madya mangun karso” maksudnya di tengah-tengah
mereka Pembina membangun kemauan
c. “Tut wuri handayani” maksudnya dari belakang Pembina
memberi daya/ kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian.
Dalam melaksanakan tugasnya Pembina Pramuka wajib
bersikap & berperilaku:
a.
Cinta
kasih, kejujuran, keadilan,kepantasan kesederhanaan,kesanggupan berkorban dan
kesetiakawanan sosial
b.
Disiplin
disertai inisiatif
c.
Bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan
lingkungan hidup, serta kepada Tuhan YME
Sistim Among harus digunakan
secara terpadu, tidak terpisah-pisah satu dg yang lainnya
saling berkaitan, oleh karena itu bagi
semua golongan (S,G,T,D) diberikan keteladan, daya kreasi dan dorongan.
Peserta didik dibina sesuai dengan minatnya untuk bekal
mengabdi dan bekerja, malalui proses :
a. ”Learning by doing”, belajar sambil bekerja
b. ”Learning by teaching”,bekerja sambil mengajar
c. ”Learning by earn”, belajar mencari penghasilan
d. ”Earning to live”, penghasilan untuk hidup
e. ” Living to serve”, kehidupan untuk bekal mengabdi
4.1.1
SISTIM AMONG
TUJUAN : Untuk memberikan bekal pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya pembina pramuka menempatkan diri dalam kegiatan peserta
didik agar mereka dapat memfungsikan diri sebagai subyek pendidikan.
SASARAN : Menjelaskan konsep dasar.
Menjelaskan tujuan diterapkan
dalam kepramukaan.
Penerapan
dalam kegiatan peserta didik.
Sistem Among adalah sistem pendidikan yang
dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat
bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh mungkin menghidari unsur-unsur perintah
keharusan, paksaan , dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa
percaya diri, kreativitas dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
Sistem Among
mewajibkan Pembina Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan
sebagai berikut :
a. "Ing ngarso sung tulodo", maksudnya di
depan menjadi teladan.
b. "Ing madya mangun korso", maksudnya di
tengah- tengah mereka Pembina membangun
kemauan.
c. " Tut wuri handayani", maksudnya dari belakang Pembina memberi
daya/kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian.
Dalam
melaksanakan tugasnya Pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku :
a. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan,
kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial.
b. Disiplin disertai inisiatif.
c. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia,
negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Sistem Among
dalam Gerakan Pramuka, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya , bakatnya, kemampuannya, cita-citanya. Pembina Pramuka sebagai Pamong hanyalah
menjaga, membenarkan, meluruskan, medorong, memberi motivasi tempat
berkonsultasi dan bertanya. Peserta
didik harus diperlakukan dan dihargai
sebagai subjek pendidikan, bukan hanya sebagai objek pendidikan belaka yang hanya
bergiat kalau disuruh pembinanya tetapi mereka diberi kebebasan untuk bergerak
dan bertindak dengan leluasa agar tumbuh rasa percaya diri, agar berkembang
kreativitasnya sesuai dengan aspirasi mereka.
Kegiatan
kepramukaan dengan menggunakan sistem among dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
nyata dengan contoh - contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat
dan karsa para peserta didik Pembina Pramuka harus mampu menjadi contoh/teladan
peserta didiknya.
Sistem Among harus digunakan secara terpadu, tidak
terpisah-pisah satu dengan lainnya saling berkaitan oleh karena itu bagi semua
golongan peserta didik ( S, G, T, D ) diberikan
keteladanan, daya kreasi dan
dorongan.
Peserta didik dibina sesuai dengan minatnya untuk
bekal mengabdi dan berkarya, melalui proses :
a. " Learning by doing ", belajar sambil
bekerja
b. " Learning by teaching, bekerja sambil mengajar
c. " Learning to earn ", belajar mencari penghasilan
d. " Earning to live ", penghasilan untuk
hidup
e. " Living to serve ", kehidupan untuk bekal
mengabdi
KESIMPULAN
Sistem among pada hakekatnya merupakan sikap laku
para Pembina Pramuka dalam hubungannya dengan Pramukanya
Sistim
Among adalah sistim yang setepat-tepatnya bagi pendidikan Kepramukaan
di Indonesia
4.1.2
Komunikasi dan Bergaul dengan PesDik
Hambatan-hambatan
dalam berkomunikasi Dari Pihak Peserta Didik (komunikan)
•
Peserta didik malu
menyampaikan permasalahan, ide, pikiran, dll., tetapi ia diam (introvert).
•
Peserta didik terlalu
banyak menyampaikan permasalahan.
•
Ada peserta didik yang
terlalu mendominasi komunikasi (dominator)
•
Peserta didik yang selalu
mencela orang lain.
•
Peserta didik yang tidak
menyampaikan permasalahan, ide, pikirannya, dll. tetapi selalu menggerutu, atau
bersungut-sungut.
•
Peserta menganggap
informasi Pembina tidak perlu.
Solusi
mengatasi hambatanUntuk
Peserta Didik
•
menempatkan diri Pembina
tidak lebih tinggi dari peserta didik,
•
berkomunikasi dengan
saling menghargai (yang muda mengormati yang tua – yang tua menyayangi yang
muda)
•
mendorong mereka untuk
berani menyampaikan masalahnya,
•
mengingatkan kepada
peserta didik lain agar tidak mentertawakan pendapat temannya/orang lain.
•
Bagi para dominator di
rem, agar tidak terlalu banyak yang dibicarakan, kita ajari mereka bagaimana
berbicara efektif.
•
Bungkus “pesan” yang akan
disampaikan secara menarik.
Hambatan Komunikasi Dari Pihak
Pembina (Komunikator)
•
Pembina membuat jarak
pergaulan
•
Kurang percaya
diri/rendah diri
•
Kurang menguasai masalah
•
Kurang memiliki
keterampilan berbicara/berkomunikasi
•
Terlalu percaya diri
(menganggap dirinya yang selalu benar)
•
Sombong/angkuh/selalu
membanggakan dirinya/merasa paling pandai...paling mengerti...paling hebat
•
Selalu mengikuti kehendak
orang lain (walaupun orang tersebut salah)
•
Sulit berbicara/sering
gagap/sering kehilangan sesuatu yang ingin dikemukakan
•
Ingin berbicara
terus-menerus, tidak memberi kesempatan peserta didik untuk memberikan respon.
•
Memaksakan kehendak.
•
Meremehkan orang
lain.Menjadikan orang lain sebagai objek.
Solusi Hambatan Komunikasi
Untuk Pembina
•
Bergaul seperti halnya
adik-kakak/orang tua dan anak – untuk Siaga
•
Kuasai masalahnya sebelum
menyampaikan pesan.
•
Buat suasana jangan
terlalu formal.
•
Pelajari joke-joke
•
Jangan merasa lebih
tinggi dengan siapapun yang diajak bicara.
•
Jangan menceriterakan
diri anda terus-menerus.
•
Jangan menceriterakan
hal-hal sampai berkali-kali.
•
Jadilah orang yang punya
pendirian, jangan membebek.
•
Tarik nafas dalam-dalam,
tenangkan jiwa, bayangkan apa yang mau dibicarakan, barulah bicara.
•
Tahu diri, bila
sebenarnya anda adalah orang yang membosankan, berilah kesempatan pada orang
lain untuk bicara.
•
Memaksakan kehendak itu
sifat para tirani, tetapi bila anda memang benar menurut norma agama,susila,
hukum, etika – buatlah lawan bicara anda menyadari, setidaknya mendengarkan
dengan baik apa yang anda bicarakan.
•
Jangan berbicara
muluk-muluk lebih-lebih pada orang yang pendidikannya, pengalamannya lebih
banhyak.
•
Jangan meremehkan
pendapat orang lain. Nabi bersabda, ”Hikmah itu darimana saja datangnya
ambillah”.
•
Orang lain harus dianggap
sebagai subjek, setara dengan kita.
Hambatan Komunikasi Dari
suasana lingkungan
•
Gaduh
•
Lalu-lalang
•
Ada objek lain yang lebih
menarik
Mengatasi Hambatan
Komunikasi karena Kondisi
dan Lingkungan
•
Carilah tempat yang lebih
baik, apabila pembicaraan tersebut sangat penting.
•
Minimalisir atau jauhkan
objek yang lebih menarik yang mengganggu komunikasi anda.