Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Juli 2016

Kisah Ervan, Guru di Pedalaman Sumba Timur

Lulusan PGSD Universitas Negeri Malang yang mengabdi di pedalaman. Keterbatasan daerah terpencil malah membuatnya semangat mengajar.

Kisah Ervan, Guru di Pedalaman Sumba TimurErvan Yopi Putranto, mengajar di kelasSD Masehi Billa, Pindu Rohuni, Kec. Tabundung, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Feri Latief)
National Geographic Indonesia memerlukan waktu 6 jam lebih dengan bersepeda motor untuk sampai ke lokasi Sekolah Dasar Masehi Billa di dusun Pindu Hurani, kecamatan Tabundung, Sumba Timur. Hanya dua jam setengah di awal jalannya mulus tapi kemudian berjam-jam sisanya jalan bervariasi dari yang mulus, rusak sedan sampai rusak berat, berbatu dan berlubang. Belum lagi harus memotong aliran sungai yang membentang. Untungnya ini sudah memasuki kemarau, airnya jauh menyurut hanya sebetis orang dewasa. Kalau musim penghujan airnya setinggi orang dewasa. Jalan itulah yang juga  harus ditempuh Ervan Yopi Putranto, 25 tahun, saat pertama kali mendatangi dusun itu pada  September 2013. Ia adalah guru baru yang ditempatkan di daerah terpencil. 
Ervan adalah salah satu di antara 79 guru muda yang ditempatkan di daerah terpencil di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Ia mengikuti program yang dikenal dengan Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal atau SM3T yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sejak Tiga tahun lalu pemerintah telah memulai program ini. Ervan dan kawan-kawan adalah angkatan ketiga dari program ini.
Saat NGI menceritakan kepada Ervan medan yang sulit untuk menjangkau dusun tempatnya mengajar. Ervan hanya tersenyum, “Saya pernah digotong oleh delapan orang untuk menyeberangi sungai itu saat musim hujan.” Ervan lalu menceritakan saat ia terkena malaria ketika baru beberapa bulan mengajar di  dusun Pindu Hurani. “Kalau musim hujan airnya deras dan setinggi dada orang dewasa. Sungai jadi lebih lebar,” kenangnya. 
sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttErvan menyempatkan diir mencuci baju sebelum belajar di kelas. Di sini ia diajar untuk mandiri. (Foto: Feri Latief)
Untuk mencapai puskesmas terdekat adanya di kota kecamatan Tabundung yang berjarak 20 km dari dusun tempat ia mengajar. Ia diantar menggunakan motor oleh penduduk desa untuk berobat ke  puskesmas. Untuk menyeberangi sungai itu motornya harus digotong penduduk desa, begitu juga Ervan harus digotong banyak orang agar bisa melewati arus yang deras. Tantangan lain, jalan yang rusak naik turun melewati perbukitan menjadi siksaan sendiri bagi Ervan. Syukurnya setelah seminggu Ervan bisa melewati masa kritis dan kembali pulih. Penduduk bersyukur karena guru yang mengajar matematika anak-anak mereka kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Keberadaan Ervan di dusun itu mendapat tempat tersendiri di hati penduduk desa. Ia cepat menyatu dengan penduduk desa dan mengikuti irama kehidupan di sana. Penduduk ringan tangan membantunya karena Ervan pun ringan tangan membantu mereka. Seperti yang disampaikan Samuel L. Retang, salah satu tokoh penduduk desa Billa. ”Bapak Ervan selalu ikut olahraga, kerja bhakti. Baik itu anak,” ungkap Samuel. “Sosial kemasyarakatannya bagus, dan bergaulnya saya kira itulah yang diharapkan kami di sini,” lanjutnya lagi. 
sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttBersiap mengajar di kelas (Foto: Feri Latief)
Ervan rajin membantu dalam kegiatan masyarakat. Mulai dari panen padi, upacara adat, membuat jalan di desa, mengatasi banjir di muara sampai urusan  memotong ayam. Semua kedekatan itu membantu Ervan dalam melaksanakan kewajibannya sebagai guru di daerah terpencil.   “Panen padi di sini masih tradisional, masih injak padi,” tutur Ervan.  Di desa itu cara merontokan butir padi dari batangnya bukan dengan mesin perontok  tetapi dengan cara diinjak-injak sambil diiringi nyanyian dari peserta.
Hal-hal seperti itu yang membuatnya betah dan bahagia mengajar di pedalaman. “Banyak pengalaman baru. Saya menyerap budaya baru,” tutur Ervan.  Ia sering kali mengikuti acara adat selama di sana. “Kalau ikut acara adat di sini kita harus memakai pakaian adat,” katanya berbinar-binar.
sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttMempersiapkan soal ujian (Foto: Feri Latief)
Hal lain yang membuatnya betah adalah semangat anak-anak yang dididiknya. Murid-muridnya bukan hanya berasal dari dusun Pindu Ruhani tapi juga dari dusun-dusun lain yang jaraknya  paling dekat 3 km dan paling jauh 6 km. Sambil bercerita ia menunjuk beberapa anak didiknya yang berpakaian agak lusuh. “Kadang mereka tak sempat mandi untuk pergi sekolah agar tak terlambat. Mereka bersemangat untuk sekolah,” jelas lulusan PGSD Universitas Negeri Malang ini.
Ervan gundah kalau murid-muridnya yang rumahnya jauh ini tidak masuk sekolah. Terutama saat musim hujan. “Kalau hujan air sungai meluap sementara mereka harus langgar sungai, toh?” jelas Ervan yang mulai terbiasa berbicara dengan logat Indonesia Timur.  Belum lagi kalau kehujanan di jalan, sementara harus berjalan kaki berkilo-kilo meter.
Ia mengajar mata pelajaran matematika. Ada tiga kelas yang dia ajar yaitu kelas 4, 5 dan 6. Tantangan terbesarnya adalah kemampuan muridnya rendah dan daya tangkap pelajaran juga rendah. Ini menjadi tantangan tersendiri baginya. “Di sini saya dilatih untuk bersabar dan mandiri,” ujarnya. Walau daya tangkap anak didiknya rendah yang membanggakan Ervan adalah murid-muridnya selalu antusias dalam belajar di kelas. Biar jawabannya salah atau benar mereka berani maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan. Ini sangat positif. 

sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttMenjelaskan soal ujian di kelas (Foto: Feri Latief)
Saat ditemui sebelum dimulainya jam sekolah Ervan terlihat mencuci baju di halaman sekolah. Ia menempati salah satu ruang di ruang perpustakaan sekolah sebagai tempat tinggalnya.  Salah satu ruang yang tak terpakai digunakan untuk kamarnya dan ruang lainnya digunakan untuk dapur. Tak sempat menjemur baju yang dicuci ia bergegas berpakaian dan langsung menuju ruang guru. Hari itu adalah hari ujian, ia harus mengawasi.
Saat mengawasi ujian Ervan berkali-kali mendatangi muridnya untuk menjelaskan soal-soal yang kurang dimengerti muridnya. Ruang kelasnya sederhana, tanpa langit-langit. Konstruksi kuda-kuda kayu dan penutup atapnya bisa terlihat karena tanpa langit-langit. Di dinding dekat papan tulis terpajang foto Presiden RI ke 5, Megawati Soekarno Putri. Perkembangan di ibu kota seperti tak menjangkau ke sana. 
Ketertinggalan inilah yang membuat Ervan kadang bersedih. “Tak ada sinyal untuk telepon,” begitu katanya. Kalau untuk mendapat sedikit sinyal harus berjalan kaki ke atas bukit yang berjarak 3 kilometer dari sekolah. Kadang ia ingin bertegur sapa dengan rekan-rekan guru lain dan sanak keluarganya. Ketertinggalan ini juga membuat bahasa Indonesia tak digunakan dengan baik oleh anak-anak didiknya. Bahasa jadi kendala, sehingga daya tangkap muridnya semakin lemah.

sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttFoto Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri, masih dipajang di ruang kelas. (Foto: Feri Latief)
Tapi ia melihat semua kendala sebagai tantangan yang harus berhasil ia lewati. Melihat semangat murid-muridnya belajar sudah membuatnya dia senang. Bahkan ia mengusulkan jika desa ini masuk dalam SM3T lagi, bisa ditambahkan untuk huru mata pelajaran lain agar muridnya meluaskan wawasannya. “Terus dilanjutkan untuk guru matematika dan bahasa Inggris,” usulnya.
Keberadaan Ervan di dusun terpencil itu dipandang sebagai berkah. Karena dusun itu kekurangan guru mata pelajaran. “Ini berkat!” Kata kepala sekolah SD Masehi Billa, ibu Banja Anaawa, A Ma Pd. “Kami sangat kekurangan guru mata pelajaran. Saya ngajar sudah!” Ia menjelaskan sebagai kepala sekolah yang harus ikut mengajar di kelas. “Terlalu ada manfaatnya,” jelasnya lagi tentang keberadaan Ervan.

sumba timur,sm3t,guru di pedalaman,pindu rohuni,tabundung,nttMeneruskan menjemur baju yang tertunda karena mengajar di kelas (Foto: Feri Latief)
Saat National Geographic Indonesia menyusuri jalan yang rusak berat di hutan untuk kembali ke Waingapu, tukang ojeg sepeda motor yang menemani mengeluhkan kondisi jalannya. “Saya menyerah kalau disuruh kemari lagi. Tak mau saya,” ujarnya. Ah, syukurlah ada anak-anak muda seperti Ervan Yopi Putranto, alumni PGSD Universitas Negeri Malang, yang tak menyerah untuk mengabdi di tempat terpencil dengan segala keterbatasannya seperti dusun Pindu Rohuni ini.

sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/06/kisah-ervan-guru-di-pedalaman-sumba-timur

Kisah Guru Honorer Bergaji Rp 100.000 di Pedalaman NTT

Petronela Kenjam (kiri) dan Meliana Eba (kanan) dua orang guru SMK Kristen Huetalan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, sedang mengajar di ruang kelas yang darurat

Kesejahteraan guru honorer yang mengabdi di sekolah di pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, memang masih jauh dari harapan.

Beberapa guru yang menjalani nasib itu adalah Adrianus Maneno, Petronela Kenjam, dan Meliana Eba.

Tiga orang guru muda yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Huetalan di Desa Huetalan, Kecamatan Tobu, setiap bulan hanya menerima gaji sebesar Rp 100.000.

Namun demikian, meski gaji mereka hanya setara dengan beras 10 kilogram, semangat ketiganya untuk mengajar tidak surut.

Kebanyakan, murid yang mereka ajar berasal dari latar belakang keluarga yang tidak mampu.

Ketiganya, saat ditemui Kompas.com, Selasa (24/11/2015), mengaku menikmati pekerjaan mereka. Meski demikian, gaji yang mereka terima berbeda jauh jika dibandingkan dengan gaji pembantu rumah tangga dan buruh bangunan.

“Setiap bulan kami hanya terima gaji Rp 100.000. Karena sekolah kami ini swasta, maka gaji yang kami peroleh ini, dikasih melalui sumbangan dari para siswa,” kata Adrianus yang diamini Petronela dan Meliana.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka membuka usaha kecil-kecilan di rumah orangtua angkat mereka di Desa Huetalan.

“Kami bertiga ini orang Kefa (TTU). Saya dan Petronela tamatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Timor (Unimor) Kefamenanu, sedangkan Meliana adalah tamatan FKIP Universitas PGRI Kota Kupang," kata dia.

"Di desa ini kami tinggal bersama orangtua asuh yang dengan senang hati mau menerima kami. Setiap hari selain mengajar kami juga membuka usaha kios kecil-kecilan,” kata Adrianus lagi.

“Meski gaji kami kecil, tapi semangat kami hanya pengabdian untuk anak-anak di desa ini yang juga punya semangat yang sama untuk belajar. Kami tetap mengabdi karena daripada ilmu kami mati, mending kami transferkan kepada 45 murid di sekolah ini,” sambungnya.

Menurut Adrianus yang mengasuh mata pelajaran ekonomi, jumlah guru di SMK Kristen Huetalan ada sembilan orang.

Hanya satu orang guru yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yakni kepala sekolah. Sedangkan sisanya masih guru honorer dengan gaji sama dengan Adrianus.

“Selama satu bulan kalau kami hidup dengan Rp 100.000 memang tidak cukup. Kalau kami yang laki-laki mungkin masih mendingan, tetapi guru yang perempuan tentu mengalami kesulitan karena kebutuhan mereka terlalu banyak,” kata Adrianus.

“Harapannya sebagai guru yakni dengan keterbatasan gaji, kami dan juga bangunan sekolah kami yang belum permanen, kalau bisa pemerintah memberi perhatian serius,” kata dia.

sumber: http://regional.kompas.com/read/2015/11/25/11582461/Kisah.Guru.Honorer.Bergaji.Rp.100.000.di.Pedalaman.NTT.

Selasa, 05 Juli 2016

23 Kriteria Guru Idaman

1.   RAMAH & RIANG
·     Murah senyum, menyapa, memulai pembicaraan, memancing pertanyaan, tanggap dengan penuh perhatian dan hormat terhadap komentar siswa.
·     Menceritakan leucon, tertawa bersama siswa

2.   PENUH KEAKRABAN
Pandai membuat lelucon, mendorong dan memulai diskusi, hafal nama-nama siswa, berinteraksi dengan siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung

3.   BERWIBAWA & PERCAYA DIRI
·     Menerapkan tata tertib belajar yang jelas, menjaga ketertiban kelas, berbicara dengan suara lantang dan jelas.
·     Berbicara jelas, menatap (kontak) mata siswa, menjawab pertanyaan dengan benar.

4.   RENDAH HATI & PEDULI
·     Mengakui kesalahan, tidak sombong, tidak mendompleng sukses orang lain, dan tidak merendahkan perestasi/sukses orang lain
·     Menghargai karya siswa yang baik,. membantu siswa yang membutuhkan bantuan, hafal nama-nama siswa, menawarkan bonus atau nilai tambahan terhadap prestasi siswa yang tinggi.

5.   HORMAT/MENGHARGAI
·     Tidak melecehkan dan mempermalukan siswa di kelas, ramah pada siswa, mengucapkan kata minta tolong dan terima kasih terima kasih atas tindakan siswa yang diminta, tidak memotong pembicaraan siswa, tidak mebentak atau mengeluarkan kata-kata kasar pada siswa.

6.   PENDENGAR YANG BAIK
·     Tidak memotong pembicaraan siswa, selalu mengadakan kontak mata, menanyakan inti pertanyaan yang diajukan siswa.

7.   PROFESIONAL DALAM PENAMPILAN
·     Berpakaian rapih, bersih, tidak kusut, dan kotor.

8.   ANTUSIAS DALAM MENGAJAR
·     Murah senyum saat mengajar, menyajikan kegiatan belajar yang menarik, menampilkan ekspresi gerak dan mimik untuk pernyataan atau hal-hal penting, dan datang tepat waktu.
9.   MENGELOLA WAKTU PEMBELAJARAN DENGAN BAIK
·     Tiba tepat waktu atau lebih awal, mengakhiri pembelajarn tepat waktu, menyajikan bahan ajar yang relevan, memberikan kesempatan (waktu) untuk pertanyaan, menepati janji, mengembalikan pekerjaan siswa tepat waktu

10.                   KREATIF & MENARIK
·     Melakukan eksperimen metode mengajar, menggunakan produk teknologi untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengajaran, menggunakan contoh yang relevan, menarik, dan tidak monoton

11.                   KOMUNIKATOR EFEKTIF
·     Berbicara lantang dan jelas, menggunakan kata/istilah baku, memberikan contoh yang jelas dan relevan

12.                   MENETAPKAN SASARAN BELAJAR HARIAN
·     Menyiapkan dan mengikuti silabus dan RPP setiap kali melakukan pengajaran dan pembelajaran

13.                   MELEK/TERAMPIL TEKNOLOGI
·     Mampu menggunakan komputer, mampu melakukan surat-menyurat melalui e-mail, mampu menggunakan alat tayang seperti OHP, LCD, dll

14.                   MENGUASAI MATERI AJAR
·     Mampu menjawab dengan mudah pertanyaan siswa, tidak membaca langsung dari buku atau catatan, dan memberikan contoh yang jelas dan mudah dimengerti

15.                   MENYAJIKAN INFORMASI TERKINI
·     Mengaitkan topik pembelajaran dengan situasi nyata terkini, menggunakan rujukan (buku, majalah, video dll) mutakhir

16.                   SELALU SIAP
·     Membawa benda/bahan yang diperlukan dalam pembelajaran, tidak pernah terlambat datang ke kelas, memberikan kerangka kegiatan belajar (diskusi dsb)

17.                   MERANGSANG DISKUSI
·     Mengajukan pertanyaan menantang dan kontroversial saat pembelajaran, mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran


18.                   MERANGSANG  TUMBUHNYA PIKIRAN KRITIS/RANGSANGAN INTELEKTUAL
·     Mengajukan pertanyaan cerdas/mendalam/bijak, menggunakan soal essay dalam kuis atau ujian, memberikan tugas rumah, mendorong diskusi/kerja kelompok


19.                   MEMBERIKAN UMPAN BALIK KONSTRUKTIF
·     Memberi komentar pada kertas kerja siswa, menjawab pertanyaan siswa, dan memberi saran

20.                   MENERAPKAN UJIAN YANG BERKEADILAN
·     Memberikan garis-garis besar bahan yang akan diujikan, soal ujiam relevan, tidak membebani siswa dengan bahan bacaan, memberikan materi ajar yang sesuai dengan tingkatan mayoritas siswa

21.                   PEKA & TEGUH HATI
·     Meyakinkan diri bahwa siswa telah menguasai materi ajar sebelum berpindah ke materi baru, memberikan pelajaran tambahan, mengulangi penjelasan bila perlu, menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa

22.                   BERUSAHA MENJADI GURU YANG LEBIH BAIK
·     Meminta umpan balik atas kinerjanya dari siswa, selalu belajar (mengikuti seminar, pelatihan dll), menggunakan metode mengajar tebaru

23.                   KESALINGMENGERTIAN
·     Mau menerima alasan yang sah siswa yang ingin meniggalkan pelajaran, tidak kehilangan kendali diri (marah) terhadap siswa, menyediakan waktu tambahan untuk mendiskusikan materimateri yang sulit.

Kriteria Guru yang disenangi Siswa

Bagaimana kriteria guru yang disenangi oleh siswa? sahabat guru. Menjadi guru adalah cita-cita yang sangat mulia bagi kebanyakan orang. Guru merupakan panutan bagi siswa-siswanya dan tanpa adanya guru maka proses pembelajaran tidak mungkin ada. Namun ada permasalahan yang terjadi pada guru, salah satu nya adalah siswa kurang suka terhadap guru tersebut, sehingga siswa enggan untuk mendengarkan dan memperhatikan pelajaran. Maka perlu adanya cara agar siswa mau menerima dan mejadikan guru sebagai guru idaman bagi siswa.
Melalui tulisan ini ada 13 tips agar siswa menjadikan anda sebagai guru idaman :

Kriteria Guru Yang Disenangi Siswa

gambar guru yang disenangi siswa
1.Percaya Diri.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat percaya diri diantaranya kurang menguasai materi. Banyak cara untuk meningkatkan percaya diri,berbicara jelas dan lantang ketika mengajar dan menatap mata siswa,menjawab pertanyaan siswa dengan benar.
2.Ramah dan Selalu Riang.
Selalu menyapa,murah senyum,memancing pertanyaan,menceritakan sesuatu yang unik dan lucu,mendemontrasikan percobaan sederhana yang menarik,dan tanggap terhadap komentar siswa.
3.Kreatif dan Menarik.
Seorang guru harus menguasai metode-metode dalam mengajar sehingga mampu melakukan eksperimen agar pembelajaran menarik.
4.Menguasai Materi.
Maka perlu adanya penyusunan materi yang dituangkan dalam RPP.
5.Penuh Keakraban.
Berinteraksi dengan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung,hafal dengan nama-nama siswa,memberikan penghargaan pada siswa yang menjawab pertanyaan dan yang tercepat dalam kelompoknya mengumpulkan hasil karyanya,ataupun bagi kelompok siswa yang paling terlambat mengumpulkannya.
6.Menghargai Siswa.
Tidak melecehkan dan mempermalukan siswa di kelasnya,tidak memotong pembicaraan siswa,katakan tidak bisa menjawab pertanyaan siswa kalau betul-betul tidak bisa menjawabnya (menjawab tidak bisa adalah proses pembelajaran).
7.Peduli.
Membantu siswa yang membutuhkan bantuan.
8.Berpenampilan Baik.
Harus dapat menata penampilan, dengan cara berpakaian rapi, bersih, tidak kusut, dan kotor.
9.Semangat dan Antusias.
Menyajikan kegiatan belajar yang menarik,menampilkan ekspresi gerak dan mimik untuk pernyataan atau hal-hal penting, dan datang tepat waktu,pulang sesuai jadwal.
10.Adil dan Sabar.
Jangan pilih kasih antara satu siswa dengan siswa lain, memberikan materi ajar yang sesuai dengan tingkatan mayoritas siswa.
11.Tidak Gaptek (Gagap Teknologi).
Seorang guru harus mampu menggunakan komputer atau laptop , mampu menggunakan alat-alat tayang seperti infocus, mampu melalukan surat menyurat melalui e-mail.
12.Memberikan Umpan Balik Konstruktif.
Memberi komentar pada kertas kerja siswa, dan memberi saran.
13.Berfikir Kritis.
Kritis dalam memecahkan masalah serta mampu mengupdate informasi-informasi terkini seputar dunia pendidikan.
 

DIARY AMATIRAN Template by Ipietoon Cute Blog Design