MAKALAH
MANAGEMEN PENDIDIKAN
TANTANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
TERKAIT PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN
KELOMPOK 8 :
1.
ATIK
BUDIARTI (15120010)
2.
MAYA RIMAWATI (15120019)
3.
UPIK
DWI F (15120036)
4.
INAYATI (15120041)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2017 / 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Tantangan Managemen Pendidikan Terkait Pendekatan Yang Digunakan dengan
baik.
Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Kami
berharap semoga makalah tentang Tantangan Managemen Pendidikan Terkait
Pendekatan Yang Digunakan, dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen pada hakikatnya merupakan
cara - cara pengelolaansuatu lembaga agar lembaga tersebut efektif dan efisien.Manajemen merupakan faktor yang
terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU,
Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus
berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Untuk mengimplementasikan manajemen
yang ada di sekolah secara efektif dan
evisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan
dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah
harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat
belajar, disiplin kerja keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal
perwujudan iklim kerja yang kondusif.
Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar
ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi
persaingan global.Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen
sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan
Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan
tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan keterbukaan dalam
proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang
menyenangkan, berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi,
tunjukan keteladanan, terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses
penyelenggaraan pendidikan, seperti: Perencanaan, Pengorganisasian, Penentuan
staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan, berikan bimbingan dan
pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapatlah kita merumuskan
yang akan kita bahas pada makalah ini, yakni :
1.
Apa
saja macam – macam pendekatan dalam managemen pendidikan?
2.
Apa
saja tantangan dalam managemen pendidikan terkait dengan pendekatan yang
digunakan?
3.
Bagaimana
mengatasi tantangan tersebut?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
lebih menahami tentang ;
1.
Memahami
tentang macam – macam pendekatan dalam managemen pendidikan
2.
Memahami
tentang tantangan dalam managemen pendidikan terkait dengan pendekatan yang
digunakan
3.
Memahami
tentang solusi dalam mengatasi tantangan dalam managemen pendidikan terkait
dengan pendekatan yang digunakan
BAB II PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM MANAGEMEN PENDIDIKAN
Perencanaan pengajaran dalam rangka mempersiapkan
alternatifalternatif pemecahan masalah
guna memenuhi kebutuhan pendidikan secara realistis harus berpedoman kepada
tujuantujuan yang telah ditetapkan secara jelas dan terinci. Berbagai
tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan
pula pola pendekatan perencanaannya.
Ini
berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan lembagalembaga pendidikan
serta fasilitas untuk menampung seluruh
kelompok umur yang ingin memperoleh pendidikan. Jika jumlah tempat yan tersedia masih lebih kecil dari pada jumlah
tempat yang seharusnya ada, maka dikatakan bahwa permintaan masyarakat
melebihi penyediaan. Perbedaan perbedaan
dalam tujuan itu menyebabkan timbulnya bermacammacam pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seluruh pendekatannya yang ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori.
1.
Pendekatan Permintaan Masyarakat
Pendekatan permintaan masyarakat adalah suatu pendekatan
yang bersifat tradisional
dalam pengembangan pendidikan. Pendekatan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan
seluruh individu terhadap pendidikan
pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian, sosial, politik, dan kebudayaan yang ada
pada waktu itu. Dengan menggunakan pendekatan perencanaan seperti ini,
maka perencanaan pendidikan pada
umumnya harus memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan mengadakan analisis terhadap :
a.
Pertambahan penduduk, penduduk usia sekolah
b.
Persentase penduduk yang bersekolah
c.
Arus murid dari tingkat yang satu ke tingkat
yang lebih tinggi dan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
d.
Pilihan atau keinginan masyarakat dan
individu tentang jenisjenis pendidikan.
Selanjutnya kepada perencana pendidikan diminta untuk
merencanakan penggunaan tenaga dan fasilitas yang ada secara
optimal dan mobilitas dana dan daya supaya permintaan masyarakat terhadap pendidikan menjadi terpenuhi.
2.
Pendekatan Ketenagakerjaan
Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatankegiatan
pendidikan diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga
kerja. Dalam keadaan seperti ini kebanyakan negara
mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan di sektor
pertanian, perdagangan, industri, dan lain
sebagainya dan juga untuk calon pemimpin yang cerdas dalam profesinya. Untuk itu perencana pendidikan harus
mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan
nasional. Dalam hal ini perencan pendidikan dapat meyakinkan bahwa penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid
benarbenar didasarkan atas perkiraan kebutuhan
tenaga kerja perlu ditetapkan atau dibuat terlebih dahulu sesuai dengan
kepentingan dan kondisi.
3.
Pendekatan Nilai Imbalan
Dalam pendekatan ini dipertimbangkan penentuan besarnya
investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil,
keuntungan atau efektifitas yang akan diperolehnya. Dalam hal ini bukan hanya biaya keseluruhan pendidikan, tetapi juga
biaya suatu jenjang dan jenis
pendidikan selalu dibandingkan dengan nilai hasil, misalnya kenaikan pendapatan atau kenaikan produktivitas
dari orangorang yang sudah memperoleh pendidikan. Pendekatan seperti
ini mempunyai harapan bahwa kegiatan pendidikan
yang tidak produktif dapat ditiadakan melalui proses pendekatan efisiensi
investasi atau nilai imbalan ini.
Jenis – jenis Pendekatan dalam
managemen pendidikan secara umum antara lain adalah:
1.
MANAJEMEN ADALAH KERJASAMA
ORANG-ORANG
Untuk mencapai tujuan sekolah yang
telah dirumuskan yang membutuhkan berbagai keahilan dalam berbagai bidang
pendidikan, secara internal sebuah sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan
orang-orang yang memiliki keahlian seperti kepala sekolah sebagai direktur,
guru yang memiliki keahlian menejemen kelas yang baik, tenaga bimbingan
konseling, ketatusahaan yang memiliki ketrampilan dalam system manajemen
informasi dan administrasi, perpustakaan membutuhkan pustakawan yang dapat
mengelola perpustakaan secara efektif dan kreatifitas untuk menghidupkan
suasana agar banyak dikunjungi siswa, laboran yang harus bisa mengelola
penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan alat dengan berdayaguna.
2.
MANAJEMEN SEBAGAI SUATU PROSES
Manajemen dikatakan sebagai suatu proses (management as a process) adalah serangkaian tahap
kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dan pemanfaatan
semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia dengan melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud yang nyata
3.
MANAJEMEN SEBAGAI SUATU SISTEM
Manajemen dikatakan sebagai suatu
sistem (management as a system) adalah kerangka kerja yang terdiri dari
beberapa komponen/bagian, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir
sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain jika
komponen dalam suatu manajemen tersebut tidak bekerja secara maksiamal maka
akan menggangu komponen yang lainnya yang juga akan berpengaruh pada hasil yang
pasti kurang maksiamal
4.
MANAJEMEN SEBAGAI PENGELOLAAN
Pengelolaan pada dasarnya adalah
pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan
diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Irawan (1997:
5) mendefenisikan bahwa: “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan,
pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif
material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.”
5.
Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan
Menurut Fred E. Fiedler dalam buku (M.Ngalim
Purwanto,2008:27) mengungkapkan bahwa: pemimpin adalah individu dalam suatu
kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengoordinasian yang relevan
dengan kegiatan-kegiatan kelompok. Sementara itu, kepemimpinan ialah:
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk
didalamya kewibawaan untuk dijadikan saran dalam rangka meyakinkan yang
diyakininya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan
penuh semangat serta merasa tidak terpaksa (M.Ngalim Purwanto 2008:26).
Sifat-sifat kepemimpinan
Menurut abdurrahaman, ada lima sifat pokok kepemimpinan secara umum yaitu:
· Adil
· Penuh inisiatif
· Penuh daya
tarik
· Suka melindungi
· Penuh percaya
diri
Disamping itu, ada beberapa sifat yang dibutuhkan dalam kepemimpinan dalam
hal pendidikan. Diantaranya ialah:
a) Rendah hati dan sederhana
Seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan, hendaknya jangan mempunyai sifat
sombong tapi yang diperlukan adalah banyak bertanya dan mendengarkan dari pada
berkata dan menyuruh. Dan kelebihan yang dimiliki pemimpin hendaknya
dipergunakan untuk membantu anggotanya atau bawahannya sehingga dengan demikian
mereka akan merasa bahwa pemimpinnya selalu dekat dengan mereka dan bisa
membantu jika mereka butuh bantuan.
b) Bersifat suka menolong
Seorang pemimpin hendaknya selalu bersedia (menyediakan waktu) untuk
mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan anggotanya. Gunanya adalah
untuk mempertebal kepercayaan anggotanya bahwa ia benar-benar tempat berlidung
dan pembimbing mereka.
c) Sabar dan memiliki kestabilan
emosi
Seorang pemimipin harus memiliki sifat sabar, jangan lekas merasa kecewa
dan memperlihatkan kekecewaannya dihadapan bawahanya, karena akan sangat
mempengaruhi kinerja anggotnya tersebut.
d) Pecaya pada diri sendiri
Pemimpin yang percaya diri dan dapat mengimplikasikannya dalam sikap dan
tingkah lakunya maka akan menimbulkan pula sifat percaya diri pada anggotanya.
e) Jujur, adil dan dapat dipercaya
f) Keahlian dalam jabatan
Keahlian dalam jabatan merupakan, syarat utama dalam kepemimpinan tanpa
keahlian seseorang tidak bisa menjadi pemimpin. Selain keahlian dalam jabatan,
pengalaman dan penguasaan semua macam, pengetahuan yang diperlukan untuk
memperoleh dan menambah kecakapan menjadi pemimpin.
Tipe atau gaya kepemimpinan
a) Kepemimpinan yang otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggotanya. Baginya memimpin adalah menggerakan dan memaksa kelompok.
Selain itu, dalam tindakan dan perbuatanya ia tidak dapat diganggu gugat.
Kekuasaan yang berlebihan seperti ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa
kritik, pada anggotanya, serta menimbulkan sikap “asal bapak senang” terhadap
pemimpin dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada
pengawasan langsung.
b) Kepemimpinan yang laissez faire
Tipe yang seperti ini diartikan sebagai: membiarkan orang-orang berbuat
sekehendaknya. Pemimpin yang seperti ini sama sekali tidak mengontrol dan tidak
memberikan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama
diserahkan pada anggotanya tanpa pengaruh atau saran dari pemimpin. Dalam tipe
kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala
kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire ini, semata-mata disebabkan kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinya.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire ini, semata-mata disebabkan kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinya.
c) Kepemimpinan yang demokratis
Pemimpin yang demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator. Melainkan sebagai pemimpin ditengah anggotanya. Hubungan dengan
anggota kelompok bukan seperti buruh dan majikan. Tetapi, melainkan sebagai
saudara tua ditengah-tengah anggotanya. Pemimpin yang demokratis berusaha
menstimulasi anggotanya agar secara kooperatif untuk mencapai visi dan misi
lembaganya. Dalam melaksanakan tugas, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan
pendapat dan saran-saran dari kelompoknya, juga kritikan-kritikan yang
membangun. Selain itu ia juga mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri
sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada anggota-anggotanya.
6.
KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
Komunikasi dalam manajemen dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan
komunikasi ekstern.
1. Komunikasi Intern
Menurut Brennan (dalam Effendy
2009:122) “komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para
administrator dan pegawai dalam suatu organisasi atau instansi yang menyebabkan
terwujudnya organisasi tersebut lengkap dengan strukuturya yang khas dan
pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi yang
menyebabkan pekerjaan berlansung (operasi manajemen).
a. Dasar, Tujuan, dan Manfaat Komunikasi Intern
Tujuan dari komunikasi intern
adalah agar setiap personil sekolah dapat bekerja dengan tenang dan
menyenangkan serta terdorong untuk berprestasi dengan baik dan mengerjakan
tugas dengan penuh kesadaran (Sutomo dkk, 2006).
b. Prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan kepala sekolah antara lain:
1) Bersikap terbuka, tidak
memaksakan kehendak, tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana
demokratis dan kekeluargaan.
2) Mendorong guru untuk mau dan
mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah, dan mendorong
supaya guru mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas.
3) Mengembangkan kebiasaan untuk
berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain.
4) Mendorong para guru dan pegawai
untuk mengambil keputusan yang terbaik dan menaati keputusan itu.
5) Berlaku sebagai pengarah,
pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional.
(Sutomo dkk, 2006)
c. Memecahkan masalah bersama di Sekolah
Dengan adanya komunikasi anatar
warga sekolah maka dapat diharapkan dapat membantu memecahkan masalah- masalah
yang timbul di sekolah. Karena adanya pertukaran gagasan antar warga sekolah
membuat gagasan satu dengan yang lain saling melengkapi sehingga menimbulkan
solusi yang terbaik bagi masalah yang tengah terjadi disekolah.
2. Komunikasi Ekstern
Menurut Effendy (2009: 128),
“Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi atau instansi
dengan khalayak diluar organisasi”. Sedangkan menurut Mulyasa (2002) komunikasi
ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di
sekitarnya, untuk mendapatkan masukan dari lingkungannya berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Hubungan sekolah dengan orang tua
siswa dapat dijalin melalui berbagai cara yaitu adanya kesamaan tanggung jawab
dan adanya kesamaan tujuan. (Sutomo dkk, 2006).
1) Tujuan hubungan sekolah dengan
orang tua siswa:
a) Saling membantu dan saling isi
mengisi, dengan memahami kekurangan dan kelemahan anak, guru, dan orang tua
siswa dapat bersama-sama membinanya.
b) Bantuan uang dan barang, baik
secara perorangan maupun melalui lembaga yang disebut BP3.
c) Untuk mencegah perbuatan yang
kurang baik.
d) Bersama-sama membuat rencana yang
baik untuk sang anak, misalnya mengembangkan bakat olah raga, musik, seni tari,
seni lukis dan sebagainya. (Sutomo dkk, 2006)
2) Cara menjalin hubungan sekolah
dengan orang tua
a) Melalui dewan sekolah (Komite
Sekolah).
b) Melalui BP3, BP3 adalah
organisasi orang tua siswa yang bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
c) Melalui pertemuan penyerahan buku
laporan pendidikan.
d) Melalui ceramah ilmiah, yang
membahas masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi siswa. (Mulyasa,
2002)
b. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga formal
yang diserahi tugas untuk mendidik, melatih serta membimbing generasi muda bagi
peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa
pendidikan.
1) Tujuan Hubungan antara sekolah
dengan masyarakat
a) Berdasarkan kepentingan sekolah
memelihara kelangsungan hidup sekolah meningkatkan mutu pendidikan sekolah,
memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan dan dukungan
masyarakat.
b) Berdasarkan kepentingan
masyarakat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperoleh
masukan dari sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat menjamin
relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin
meningkat kemampuannya. (Sutomo dkk, 2006)
2) Bidang kerjasama sekolah dengan
masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain lewat bidang pendidikan,
kesenian, olah raga dan keterampilan serta pendidikan bagi anak berkelainan.
B. TANTANGAN DALAM MANAGEMEN PENDIDIKAN TERKAIT PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN
Menurut Ali Idrus, (2011:4) dunia pendidikan Indonesia, saat
ini, setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks, yaitu:
1. Tantangan untuk meningkatkan nilai
tambah (added value), yaitu: bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka
meningkatkan produktivitas, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya
untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Tantangan untuk melakukan pengkajian
secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan)
struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang
menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Tantangan dalam persaingan global
yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam
meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil
penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS).
4. Munculnya kolonialisme politik.
Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi berbentuk fisik, melainkan dalam
bentuk informasi.
Manajemen pendidikan tidak akan
pernah bisa lepas dari empat tantangan besar yang kompleks ini. Keputusan
manajemen harus mempertimbangkan factor-faktor ini, dan karenanya memahami
isu-isu globalisasi dalam dunia pendidikan menjadi kemestian bagi setiap para
pengambil kebijakan di bidang pendidikan, baik itu di tingkat
birokrat-administrator seperti menteri pendidikan, para kepala dinas, dan para
manajer teknis seperti rektor, dekan, dan para kepala sekolah, dan bahkan para
guru yang mengelola pembelajaran di kelas.
C. SOLUSI MENGHADAPI TANTANGAN MANAGEMEN PENDIDIKAN
Dalam menghadapi tantangan tersebut kita harus menyediakan
banyak tenaga pengajar yang profesional
yang tidak hanya memiliki pengetahuan namun juga memiliki keterampilan agar
mampu bersaing dalam era globalisasi saat ini. Kemudian menyediakan banyak
sarana belajar dan memberikan pemerataan pendidikan bagi seluruh
masyarakat.Dengan adanya pendidikan, seluruh masyarakat di harapkan dapat
mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menghasilkan produk yang
bermutu dan memiliki daya saing yang tinggi.Kemudian mengatur kembali sistem
manajemen dari lembaga pendidikan yang bekerjasama dengan pemerintah.
Apabila pendidikan dasar sebagai basis pembangunan nasional
diserahkan kepada tanggung jawab daerah maka program/program pelatihan yang
dibutuhkan oleh daerah haruslah diserahkan juga pada daerah. Daerah yang persis
mengetahui potensi/potensi pembangunan,kesempatan kerja serta
kemampuan/kemampuan yang dibutuhkan oleh daerah di dalam pembangunannya
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen pendidikan tidak akan pernah bisa lepas dari empat
tantangan besar yang kompleks yaitu Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, Tantangan
untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya
transformasi (perubahan) struktur masyarakat, Tantangan dalam persaingan global
yang semakin ketat, dan munculnya kolonoalosme politik.
Dalam menghadapi tantangan tersebut kita harus menyediakan
banyak tenaga pengajar yang profesional
yang tidak hanya memiliki pengetahuan namun juga memiliki keterampilan agar
mampu bersaing dalam era globalisasi saat ini.Apabila pendidikan dasar sebagai
basis pembangunan nasional diserahkan kepada tanggung jawab daerah maka
program/program pelatihan yang dibutuhkan oleh daerah haruslah diserahkan juga
pada daerah. Daerah yang persis mengetahui potensi/potensi
pembangunan,kesempatan kerja serta kemampuan/kemampuan yang dibutuhkan oleh
daerah di dalam pembangunannya. Kemudian menyediakan banyak sarana belajar dan
memberikan pemerataan pendidikan bagi seluruh masyarakat.Dengan adanya
pendidikan, seluruh masyarakat di harapkan dapat mengusai ilmu pengetahuan dan
teknologi agar dapat menghasilkan produk yang bermutu dan memiliki daya saing
yang tinggi.Kemudian mengatur kembali sistem manajemen dari lembaga pendidikan
yang bekerjasama dengan pemerintah.
B. SARAN
Sebagai calon seorang guru, kita mahasiswa dan mahasiswi
S1-PGSD dituntut mampu menguasai jalannya proses blajar mengajar di dalam
kelas. Dengan kata lain kita dituntut tidak hanya menjadi seorang pengajar dan
pendidik namun juga mampu menjadi manajer sekurang-kurangnya dalam memanajerial
kelas. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa nantinya kita yang akan menjadi
pengganti dari kepala-kepala sekolah yang ada saat ini, oleh sebab itu
pemahaman tentang manjemen berbasis sekolah dan kepemimpinan perlu dipahami dan
dihayati oleh seorang mahasiswa dan mahasiswi S1 PGSD.
0 komentar:
Posting Komentar