Allah
Ta’ala berfirman,
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ
صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ
لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?
Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk
mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 23)
Hidayah adalah nikmat terindah yang allah berikan kepada manusia.
Betapa tidak? Kita yang awalnya berada dalam jalam kesesatan dan kegelapan
allah tunjukkan jalan yang terang. Jalan yang lurus. Bukankah itu suatu nikmat?
Salah banyak dari kita pernah memiliki masalalu yang mungkin itu
adalah perjalanan hidup yang berat. Perjalanan yang kelam. Sampai sampai
kitapun tak pantas diberikan ampunan oleh Allah. Tapi Allah Yang Maha Baik,
Maha membolak balikkan hati. Siapa yang tahu? Terasa pernah berada di dalam
kubangan dosa. Setiap saat melakukan dosa dan maksiat namun tak sedikitpun hati
tergerak untuk takut kepada Allah. Hingga suatu saat Allah menegur dengan cara
yang tidak mampu kita sangka sangka. Sampai sampai tak bisa berkata apa-apa. Percayalah
itu merupakan terugar keras dari Allah. Atau bahkan itu adalah adzab atas
dosa-dosa yang telah kita lakukan. Apakah kita masih enggan untuk bertaubat sedang
Allah sudah tunjukkan JalanNya.
Hidayah itu milik Allah. Bukan milik kita sebagai hamba. Hamba tetaplah
hamba. Hamba tak bisa menjadi Tuhan ataupun berlagak seolah olah menjadi Tuhan.
Kita tidak mampu memberikan hidayah kepada manusia. Imam Syafi'i
pernah mengatakan “ Jika hidayah itu dapat kubeli,akan kubeli berkeranjang-keranjang. Dan akan berikan kepada
orang-orang yang aku cinta.” Begitulah nikmatnya hidayah. Tapi kita tak
memiliki kuasa untuk memilikinya. Seseorang yang sudah merasakan nikmatnya
hidayah pasti enggan untuk beranjak. Karena pada saat itu terasa bahwa Allah
mencintai dia sedalam-dalamnya. Dan dia juga mencintai Allah sedalam-dalamnya. Lebih
dan lebih dari manusia yang lain. Dan lebih dari apapun. Apapun itu.
Hidayah itu datangnya kapan saja. Mungkin pada saat kamu sedang
mencari apa yang kamu cari dalam kehidupan ini. Atau pada saat kamu tersakiti
oleh harapan harapan yang membuatmu jatuh lantas engkau tak tahu harus kepada
siapa kamu mengadu. Maka pada saat itu kamu dating kepada Allah dengan segala
keluh kesah. Sebenarnya saat saat inilah yang Allah rindukan. Saat-saat kamu
menyisihkan waktu tidur lelapmu untuk bencinta denganNya. Maka nikmat manalagi
yang kamu dustakan?
Ketika seseorang belum Allah berikan hidayah, bukan lantas kita
untuk mencemooh, menghujatnya bahkan mengatakan bahwa diri kitalah yang lebih
baik daripadanya. Mungkin saja saat ini orang yang membangkang segala perintah
Allah akan menjadi seseorang yang paling dekat dan paling disayangi oleh allah.
Wallahu a’lam. Pernah kita mendengar cerita tentang seseorang ingin membunuh
rasullah kemudia dia menjadi pembelanya dan dikuburkan disisi Rasulullah. Ialah
Umar bin Khattab. Atakah seseorang yang menentang Allah kemudian menjadi
pedangnya Allah? Dialah Khalid bin Walid. Demikian adalah salah dua dari
sahabat Rasul yang Allah berkan hidayah. Kita yang telah mendapatkannya jangan
lantas menjadi seseorang yang angkuh. Seseorang yang merasa bahwa diri sudah
baik. Jika kita merasa demikian. Jika kita telah merasa bahwa diri kita adalah
orang yang baik, lantas apalagi yang akan diperbaiki oleh diri kita. Sulit sekali
diberikan masukan. Sulit sekali diberikan saran. Naudzubillahi min dzalik😭. Jangan
sampai ya saudariku.
Untuk seseorang yang belum berhijrah, rangkullah dia. Ajak kedalam
kebaikan dan terus doakan. Maka Allah akan membukakan hatinya. Insyaallah. Jangan
pernah jadi muslimah yang sok shalihah. Yang merasa baik kemudian berkumpul
hanya dengan selevelnya saja. Ingat, amalan bisa jadi gugur karena kesombongan
dan dosa juga dapat gugur karena pertaubatan. Allah menilai pada akhinya. Bukan
di awalnya.
0 komentar:
Posting Komentar