Khadijah binti Khuwailid merupakan isteri pertama Nabi Muhammad saw. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam). Khadijah
dilahirkan pada tahun 68 sebelum Hijriyah, di sebuah keluarga yang
mulia dan terhormat. Dia tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan
perilaku terpuji. Ulet, cerdas dan penyayang merupakan karakter khusus
kepribadiannya. Sehingga masyarakat di zaman Jahiliyah menjulukinya sebagai At-Thahirah (seorang wanita yang suci). Selain itu, Khadijah juga berprofesi sebagai pedagang yang mempunyai modal sehingga bisa mengupah orang untuk menjalankan usahanya. Kemudian Khadijah akan membagi keuntungan dari perolehan usaha tersebut. Rombongan dagang miliknya juga seperti umumnya rombongan dagang kaum Quraisy lainnya.
Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw. setiap keluar rumah, hampir selalu menyebut Khadijah dan memujinya. Pernah suatu hari beliau menyebutnya sehingga aku merasa cemburu. Aku berkata, ‘Apakah tiada orang lagi selain wanita tua itu. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik?’ Lalu, Rasulullah marah hingga bergetar rambut depannya karena amarah dan berkata, ‘Tidak, demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik darinya. Dia percaya padaku di saat semua orang ingkar, dan membenarkanku di kala orang-orang mendustakanku, menghiburku dengan hartanya ketika manusia telah mengharamkan harta untukku. Dan Allah telah mengaruniaiku dari rahimnya beberapa anak di saat istri-istriku tidak membuahkan keturunan.’ Kemudian Aisyah berkata, ‘Aku bergumam pada diriku bahwa aku tidak akan menjelek-jelekannya lagi selamanya.”
Khadijah,
seorang tangan kanan Rasulullah yang senantiasa membantu beliau dalam
menjalankan dakwah dan menyebarkan ajaran-ajarannya, meninggal pada
tahun ke-3 sebelum Hijrah di kota Makkah pada usia 65 tahun. Di saat
ajal menjemputnya, Rasulullah menghampiri Khadijah
sembari berkata, “Engkau pasti tidak menyukai apa yang aku lihat saat
ini, sedangkan Allah telah menjadikan dalam sesuatu yang tidak engkau
kehendaki itu sebagai kebaikan.”
Saat pemakamannya, Rasulullah turun ke liang lahat dan dengan tangannya sendiri memasukkan jenazah Khadijah. Wafatnya Khadijah merupakan musibah besar, di mana setelahnya diikuti berbagai musibah dan peristiwa yang datangnya secara beruntun. Rasulullah SAW memikul beban dengan penuh ketabahan dan kesabaran demi mencapai ridha Allah SWT.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
1. Memberikan Pekerjaan Kepada Muhammad
Lalu,
suatu saat dia mendengar tentang Muhammad, sesuatu yang menarik
perhatian Khadijah tentang kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak
beliau. Pada saat itu, Abu Thalib berkata
pada keponakannya, Muhammad saw, “Aku adalah orang yang tidak mempunyai
harta sedangkan kebutuhan zaman semakin hari semakin mendesak. Umur
telah kita lalui dengan sia-sia tanpa ada harta dan perniagaan. Lihatlah
Khadijah, dia mampu mengutus
beberapa orang untuk menjalankan niaganya, sehingga mereka mendapatkan
hasil dari barang yang diniagakan. Andai engkau datang kepadanya (untuk
menjalankan niaganya) dengan keutamaanmu dibandingkan yang lainnya,
tentu tidak akan ada yang menyaingimu, terutama sekali dengan
kesucianmu.” Kemudian
Khadijah memberikan pekerjaan kepada Rasulullah agar menjalankan barang
dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani anak bernama Maisarah. Beliau diberi modal yang cukup besar dibandingkan lainnya. Rasulullah menerima pekerjaan tersebut dan disertai Maisarah menuju kota Syam. Sesampainya
di negeri tersebut beliau mulai menjual barang dagangannya, dan
kemudian hasil dari penjualan tersebut beliau belikan barang lagi untuk
dijual di Makkah. Setelah misi dagangnya selesai, beliau bergabung
dengan kafilah kembali ke Makkah bersama Maisarah. Keuntungan yang
didapatkan Rasulullah sungguh berlipat ganda, sehingga Khadijah menambahkan bonus untuk beliau dari hasil penjualan tersebut.
2. Muhammad Menikah dengan Khadijah
Sesampainya di Makkah, Maisarah
menceritakan perilaku baik Muhammad yang dilihatnya dengan mata kepala
sendiri. Khadijah merasa tertarik dengan cerita tersebut dan segera
mengutus Maisarah untuk datang pada
Muhammad dan menyampaikan pesannya untuk beliau. “Wahai anak pamanku,
aku senang kepadamu karena kekerabatan, kekuasaan terhadap kaummu,
amanahmu, kepribadianmu yang baik, dan kejujuran perkataanmu.” Kemudian Khadijah menawarkan dirinya kepada Muhammad. Rasulullah menceritakan perihal ini kepada para pamannya. Tidak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthalib bersama Muhammad datang pada Khuwailid bin Asad, bermaksud meminang putrinya itu untuk Muhammad.
Kemudian Khuwailid berkata, “Dia itu kuda yang tidak dicocok hidungnya.” (Maksudnya, seorang yang mulia). Muhammad kemudian menikahi Khadijah dan memberinya dua puluh unta muda. Saat itu Khadijah berumur 40 tahun dan Muhammad berumur 25 tahun. Dialah perempuan pertama yang dinikahi Nabi saw, dan beliau tidak menikah dengan siapa pun kecuali setelah Khadijah meninggal dunia. Dari Khadijah lahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah.
Kemudian Khuwailid berkata, “Dia itu kuda yang tidak dicocok hidungnya.” (Maksudnya, seorang yang mulia). Muhammad kemudian menikahi Khadijah dan memberinya dua puluh unta muda. Saat itu Khadijah berumur 40 tahun dan Muhammad berumur 25 tahun. Dialah perempuan pertama yang dinikahi Nabi saw, dan beliau tidak menikah dengan siapa pun kecuali setelah Khadijah meninggal dunia. Dari Khadijah lahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah.
3. Orang Pertama Beriman pada Kenabian Muhammad
Saat menerima risalah kenabian, Khadijah
merupakan orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul beserta
ajaran-ajaran-Nya. Nabi Muhammad pun tidak menghiraukan berbagai ancaman
dan propaganda yang datangnya dari kaum musyrikin. Karena disampingnya
terdapat sang kekasih pilihan Allah yang dengan setia mendampingi dan
memperkuat aktifitas dakwahnya, sehingga terasa ringan beban yang
diemban dan ringan pula menghadapi cobaan apa pun yang dilakukan oleh
kaumnya. Setelah
menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah kembali ke rumah dengan
perasaan takut seraya berkata kepada Khadijah, ”Selimuti aku! Selimuti
aku!” Maka Khadijah menyelimutinya
hingga hilang perasaan takutnya itu. Beliau menceritakan semua yang
telah terjadi. “Aku khawatir pada diriku,” kata Rasulullah.
Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.”
Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.”
4. Menemui Pendeta Waraqah
Khadijah mengajak suaminya menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang memeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah dan menulis buku Injil dengan bahasa Ibrani. “Dengarkan sepupuku, kata-kata dari keponakanmu ini!” kata Khadijah.
“Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat?” tanya Waraqah pada Muhammad saw. Rasulullah menceritakan tentang apa yang telah dilihatnya.
Waraqah berkata, “Ini adalah Malaikat yang telah Allah turunkan kepada Nabi Musa. Andai aku dapat bertahan, aku berharap masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”
Rasulullah bertanya, “Kenapa mereka mengusirku?”
“Tidak seorang pun yang datang dengan sesuatu sebagaimana yang kau emban ini kecuali dimusuhi oleh kaumnya. Jika aku masih hidup sampai pada harimu, tentu aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh,” jawabnya.
Waraqah tidak sempat terlibat dalam aktifitas dakwah Nabi, karena keburu meninggal dunia dan tidak sempat mendengarkan ajaran wahyu yang diturunkan pada Muhammad SAW.
“Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat?” tanya Waraqah pada Muhammad saw. Rasulullah menceritakan tentang apa yang telah dilihatnya.
Waraqah berkata, “Ini adalah Malaikat yang telah Allah turunkan kepada Nabi Musa. Andai aku dapat bertahan, aku berharap masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”
Rasulullah bertanya, “Kenapa mereka mengusirku?”
“Tidak seorang pun yang datang dengan sesuatu sebagaimana yang kau emban ini kecuali dimusuhi oleh kaumnya. Jika aku masih hidup sampai pada harimu, tentu aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh,” jawabnya.
Waraqah tidak sempat terlibat dalam aktifitas dakwah Nabi, karena keburu meninggal dunia dan tidak sempat mendengarkan ajaran wahyu yang diturunkan pada Muhammad SAW.
4. Isteri Yang Dicemburui 'Aisyah
Rasulullah dan Khadijah tetap berdiam di Makkah dan melakukan shalat secara rahasia dengan kehendak Allah. Khadijah memang sangat dicintai dan dihormati oleh Rasulullah. Beliau juga tidak pernah berselisih dengan apa yang dikatakan Khadijah pada beliau, terutama pada saat sebelum wahyu turun. Bahkan walau Khadijah telah tiada, Rasulullah selalu menyebut-nyebutnya dalam setiap kesempatan, dan tidak bosan-bosan memujinya. Sehingga Aisyah, Ummul Mukminin, merasa cemburu. Sampai suatu saat, Aisyah berkata pada Rasulullah, “Allah telah mengganti wanita tua itu.” Tentu saja Rasulullah tersinggung dengan ucapan Aisyah ini, hingga ia berkata pada dirinya, “Ya Allah, hilangkanlah perasaan marah Rasulullah terhadapku dan aku berjanji untuk tidak lagi menjelek-jelekkan Khadijah.”
Aisyah
pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-isrti Rasulullah
kecuali pada Khadijah. Walaupun aku tidak pernah melihatnya, akan
tetapi Rasulullah sering menyebutnya setiap saat. Ketika beliau memotong
kambing, tak lupa beliau sisihkan dari sebagian daging tersebut untuk
kerabat-kerabat Khadijah. Ketika aku katakan, seakan-akan tidak ada
wanita di dunia ini selain Khadijah. Beliau berkata, sesungguhnya dia
telah tiada dan dari rahimnya aku dapat keturunan.”Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw. setiap keluar rumah, hampir selalu menyebut Khadijah dan memujinya. Pernah suatu hari beliau menyebutnya sehingga aku merasa cemburu. Aku berkata, ‘Apakah tiada orang lagi selain wanita tua itu. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik?’ Lalu, Rasulullah marah hingga bergetar rambut depannya karena amarah dan berkata, ‘Tidak, demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik darinya. Dia percaya padaku di saat semua orang ingkar, dan membenarkanku di kala orang-orang mendustakanku, menghiburku dengan hartanya ketika manusia telah mengharamkan harta untukku. Dan Allah telah mengaruniaiku dari rahimnya beberapa anak di saat istri-istriku tidak membuahkan keturunan.’ Kemudian Aisyah berkata, ‘Aku bergumam pada diriku bahwa aku tidak akan menjelek-jelekannya lagi selamanya.”
5. Khadijah Meninggal Dunia
Saat pemakamannya, Rasulullah turun ke liang lahat dan dengan tangannya sendiri memasukkan jenazah Khadijah. Wafatnya Khadijah merupakan musibah besar, di mana setelahnya diikuti berbagai musibah dan peristiwa yang datangnya secara beruntun. Rasulullah SAW memikul beban dengan penuh ketabahan dan kesabaran demi mencapai ridha Allah SWT.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
0 komentar:
Posting Komentar